SEBELUM TIDUR

 



July, 1 2023

Pernah gak sih lu ada di posisi lagi deket sama orang. Terus kalian sering ngobrol bareng, beberapa kali jalan, dan terkadang video call. Lalu, setiap lu mau tidur suka kepikiran mulu bahkan sampai rasa kantuk lu ilang. Akhirnya lu bikin fake scenario di kepala. Lu langsung ambil handphone buat nge-chat dia “Aku gak bisa tidur nih!”. Berharap dia bales “Iyaa, aku juga. Ngobrol Yuk!”. Kalian ngobrol aja sampe pagi dan berakhir dengan titik dua bintang.

Selanjutnya kalian ketemu di sebuah bioskop untuk menonton film horror walaupun dua-duanya gak suka sama setan. Liat tuyul aja udah kejang-kejang. Lalu, lampu bioskop mati, filmnya mulai. Posisi lu fokus pada layar.  Awalnya duduk tegak lurus, tangan disilangkan, lalu kaki naik satu. Pada saat itu, lu tidak menonton film secara serius. Badan lu gemeter sampai keringat dingin. Mulai berpikrian kalau “Kenapa gue harus nonton film setan sih!” Terus lu ngeliat ke samping, ternyata dia sama takutnya kaya lu. Untung aja lu bawa kertas berisikan doa keselamatan yang terpaksa lu beli tadi dari ibu-ibu di pinggir jalan yang mukanya memelas.  Di saat itulah, setannya muncul. Kalian berdua sama-sama kaget. Dan posisi kalian duduk menjadi merekat.  Badan kalian seakan ada magnet yang akhirnya saling bersandar satu sama lain. Di situ kalian saling tertawa kecil. Padahal di dalem hati lu “Setan Bangsat!”

Lu adalah tipe orang yang sering membuang tiket bioskop karena tiket hanyalah tiket. Ketika selesai menonton maka tiket itu menjadi sampah. Tapi entah kenapa malam itu rasanya tiket yang telah disobek secara tidak rapih ini memilih untuk disimpan rapat di dalem dompet. Bagi mbak-mbak bioskop, lain kali kalau ngerobek yang rapih dong! Sungguh tidak berperitiketan!

Hari demi hari lu semakin kepikiran. Kemudian, rasa itu muncul perlahan. Namun, tak cukup kuat untuk sampai ke permukaan. Karena lu punya pertanyaan besar “Apakah dia juga suka sama gue?” Playlist di spotify langsung berganti ke lagu-lagu kasmaran. Salah satu lagu underated favorit lu adalah Metalican – Seandainya Kita Ini Pacaran.

Suatu malam, seperti biasa di jam malam orang tidur, kalian memilih untuk chattingan. Entah kenapa malam adalah waktu yang tepat untuk berbicara. “Mau call gak? Ada yang pengen aku certain” pertanyaan yang sering kali dia ditanyakan dan langsung lu iyakan. Beliau ini adalah tipe penelpon yang sering mengeluhkan akan banyak hal tapi seringkali penjelasannya suka tidak jelas. “Tau gak aku lagi sebel… tapi engga jadi deh” Beliau adalah tipe penelpon yang suka membicarakan teman-temannya “Tadi ya si Anu ngebercandain dosen lucu banget..hahaha” Beliau ini adalah tipe penelpon yang multitasking “Kamu lanjutin ceritanya, aku sambil bales wa temen dulu”.

Tetapi malam itu, beliau tidak sebagai penelpon yang biasanya. Kalian cukup intens untuk menanggapi topik tentang orang naksir. Topik yang menjadi bahan pikiran dia akhir-akhir ini. “Ada orang yang confess sama aku” kata dia. Lalu dia menyebutkan nama orangnya. Lu masih bersikap biasa saja karena hal itu memang biasa dia alami dengan tipe cowo yang berbeda-beda. Malam itu terasa aneh. Lu mendengarkan kalimat demi kalimat yang dia bicarakan, walau terkadang lu suka meminta mengulang lagi karna sinyal yang putus-putus. Lalu, suara pelan itu terdengar. Suara yang membuat lu bengong untuk sekian detik. “Aku pengen buka hati aku untuk dia”. Dengan lu yang masih loading memproses itu semua, lu bales dengan “Selama orang itu tulus, ya sikat aja”

Kemudian dia bertanya “Kamu lagi suka sama orang juga gak?”

“Pernah” jawab lu singkat.

Obrolan panjang tentang dia yang lagi menyukai orang lain berakhir pukul setengah empat pagi. Setelah dia berpamitan untuk tidur, terus lu bengong. Pada akhirnya semuanya terlihat jelas, misteri tentang pertanyaan “Apakah dia juga suka sama gue?” sudah bisa terlihat dengan sangat jelas. Nafas lu mendadak berat. Dada lu sesak. Tapi anehnya tidak ada air mata yang keluar. Kemudian, memori mendadak datang tanpa permisi. Lu ingat, kalau lu pernah bantuin tugasnya dia. Lu ingat kalau lu pernah mencoba masakannya dia. Lu ingat kalau kalian pernah berpegangan tangan ketika berjalan menuju lobby bioskop. 

Sejauh ini entah lu sadar atau tidak kalau semuanya hanyalah fake scenario yang lu bikin sebelum tidur wkwk. Malam itu, eh karena udah pagi, jadi pagi itu lu ngeliat langit-langit kamar. Terus mencoba untuk memikirkan apa yang sebenarnya lagi lu rasain saat itu. Akhirnya, lu buka laptop lalu menulis ini semua.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

a letter for your dad

KAMU TIDAK TAU MANA URUTAN SATU