PERASAAN ANEH
Ini cerita fiktif.
Aku memaksakan diriku pergi keluar kamar.
Esai lingkungan ini harus dikumpulkan besok, tetapi, aku masih belum
mengerjakan apa-apa. Perasaan aneh ini penyebabnya. Aku tidak tau apakah ini
semacam penyakit atau bukan? berhenti di sebuah taman yang di huni beberapa
perempuan yang dari kejauhan terlihat seumuran denganku. Menatap mereka dengan heran. Bagaimana caranya
mereka bisa berteman. Bisa saling berbicara
dengan senyum terbuka.
Suara bising menguasai daerah pendengaranku. Sekujur tubuhku mendadak
berkeringat. Mengap hal ini selalu terjadi kepadaku. Perasaan aneh yang
tiba-tiba muncul. Rasanya ingin bergegas ke rumah mengurung diri seperti biasa.
Kamar sepertinya menjadi yang terbaik, sunyi dan tenang. Kalimat demi
kalimat berhasil ditulis. Tidak dalam satu jam, Perasaan aneh kembali muncul. Seperti ada yang hilang,
Setelah kuperiksa, hasilnya tidak ada.
Kembali bertemu dengan beberapa perempuan tadi. Mereka masih tertawa
ria, bahkan posisi duduknya tidak ada yang berubah. Tidak ada satu kata pun
yang terlintas dalam pikiran. Sepertinya aku harus menyelesaikan masalah dengan
perasaan ini.
Diantara semua kebingunganku, salah
seorang perempuan berambut hitam panjang yang sejak tadi berada dalam kelompok
perempuan itu menghampiriku. Terlihat senyuman di wajahnya, menanyakan apa yang
sedang kulakukan disini. Kepalaku secara langsung menunduk. Jarang sekali aku
berbicara dengan lawan jenis. Sebelum kujawab sedang mengerjakan tugas,
perempuan ini tiba-tiba memotong jawaban yang belum sempat kujawab dengan “Kamu
lagi ada masalah ya?”. Mukaku memasang muka heran, mencoba memahami apa yang
sedang terjadi sekarang. Kepala kuangkat perlahan dan menjawab pertanyaanya
“iya, lagi nugas, tapi mampet”.
Jika kuperhatikan, Senyumnya tidak luntur, badannya membungkuk. Ketika aku sibuk melihatnya, Perempuan ini kembali bertanya.
“Tugas apa?” tanya dia.
“iya, jadi ada tugas bikin
esai tentang lingkungan gitu” jawabku.
“Mau dibantuin?”
“HAH???? Euh.. maksudnya, iya boleh” jawabku dengan terbata-bata.
Panik membuatku mengiyakannya membantuku mengerjakan tugas. Maka dari itu, dia kupersilahkan duduk disampingku.
“Jadi kamu baru pengertian ya? Coba kalau dibagian ini kamu tambahin, pas aku ngomong kamu sambil ketik ya!” katanya seraya menunjuk. “ oh iya”. Aku masih berusaha untuk berusaha tenang untuk situasi seperti ini.
“Lingkungan hidup yang baik dapat tercipta bila terjadi keseimbangan antara makhluk hidup satu dengan lainnya” dia perlahan menjelaskan, tanganku perlahan mengetik apa yang dikatakannya.
“Paragraf lanjutannya, coba tambahin tentang pencemaran lingkungan” katanya.
Semakin lama aku berada didekatnya. Perasaan
aneh yang menghantui dadaku, hilang begitu saja. Benar-benar hilang begitu
saja. Seakan itu hanya angin berhembus.
Berkat bantuannya, esai lingkungan
selesai.
“Makasih banget, udah bantu. Oh iya, aku
Faris” kataku.
“Aku Ester, salam kenal ya”.
“Iya”.
“Eh, temen–temen aku udah mau balik, aku duluan ya”
“Iya Ester, hati-hati” Kataku.
Senyumnya perlahan menjauh. Namun, tidak sempat kubalas. Ester dan yang
lainnya pergi pulang, berharap kita bisa bertemu lagi.
Taman tersisa aku seorang. Langit mulai
berganti menjadi malam. Aku kembali memeriksa hasil esai yang telah dibantu
olehnya. Namun, entah kenapa perasaan aneh ini muncul kembali. Pada akhirnya
aku mengerti. Setelah apa yang terjadi barusan, mungkin ini yang namanya
kesepian.
Komentar