11. BUNGA
Kenapa
bunga menjadi salah satu pilihan kado untuk seseorang? Pacar yang ulang tahun,
dikasih bunga. Temen yang wisuda, dikasih bunga. Orang yang sembelit, ya
dikasih obat dong. Pilihan bunga setau gue juga gak banyak, kalo gak mawar ya
melati, gak ada tuh gue liat yang ngasih bunga bangke.
Nah,
saat ini ada tiga bunga favorit gue. Pertama, yaitu Daffodil. Gue dah pernah cerita
ini di blog dengan judul “Daffodil” waktu akhir tahun 2021. Di tulisan itu gue
cerita soal tahun baruan di rumah temen gue di Cikajang. Daffodil itu punya
arti awal yang baru. Jadi cocok untuk mengawali tahun. Kita harus buka lembaran
yang baru dan menantikan apa saja yang akan terjadi untuk mengisi lembaran demi
lembaran. Kedua, Teratai. Gue pernah nulis juga soal Teratai di sebuah seri
cerpen yang berjudul “All the Small Things”, berbagai cerita pendek yang gue
tulis tentang hal-hal kecil yang gue temukan dalam hidup. Karena terkesan
depresif, makanya itu cuma jadi catatan pribadi gue doang. Mungkin suatu saat
akan gue bagikan setelah diedit sedemikian rupa. Nah, teratai itu hidup di
lumpur, tapi walaupun begitu dia bisa tetap tumbuh jadi bunga yang indah.
Maksudnya adalah se-toxic apapun
lingkungan di sekitar, lo tetep bisa jadi sesuatu yang keren. Ketiga adalah Anggrek.
Gue gapunya informasi apa-apa soal ini. Tapi gue punya kesan menarik dengan
nama bunga itu. Anggrek adalah nama kelas gue waktu TK. Di kelas itu, gue
ketemu seseorang yang bisa gue sebut sebagai ‘Cinta Pertama’
Gebetan
gue waktu SMA juga pernah dikasih bunga. Bukan sama gue, tapi sama orang lain
yang ngegebet dia juga.
Jadi,
waktu gue SMA, setelah bersemedi panjang untuk mencari petunjuk betina yang
sekiranya cocok, akhirnya gue bertemu dengan perempuan yang gue taksir. Namanya
Budi. Enggak becanda, Budi nama kepala sekolah gue. Anyway, jadi kebetulan nama betina itu adalah Wahyu. Enggak, bukan,
Wahyu nama tukang cuangki yang suka lewat depan rumah. Seorang perempuan ini
sebut saja namanya Joy (Yehh ujung-ujungnya tetep kagak dikasih tau bgsd) Nah
perempuan ini sebelum sama gue, dia udah jadi inceran kakak-kakak kelas dengan
berbagai macam karakter dan keajaibannya masing-masing.
Waktu
MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) kelas gue, salah satunya dipegang
samaaa… mari kita sebut dengan Abang Rambo. Dia ini badannya gede berotot.
Mungkin sekali pukul, ginjal sama pankreas korban bisa ketuker. Rambutnya cepak
rapih, mungkin sekali sundul, gigi korban bisa rontok sepuluh. Baju seragamnya
ketat sampai lengan seragamnya tidak ada ruang lagi. Dan berambisi untuk masuk
akademi militer. Ganas, cadas, beringasss. Beda dengan gue, tangan gue sebesar
lidi pedes. Rambut gue berantakan gak karuan. Dan ambisi gue adalah bisa tidur
siang setiap hari. Malas, gajelas, mulasss.
Setiap
informasi yang diberikan Abang Rambo tersampaikan dengan jelas dan tegas. Dia
juga yang mengusulkan tepok yel-yel (gue lupa kaya gimana jujur). Ketika
panitia yang megang kelas gue memberikan sesi pertanyaan. Salah satu
diantaranya ada yang nanya “Abang Rambo,
udah punya pacar belum?” sebuah pertanyaan yang bikin semua orang tertawa
kecil. Gue tak acuh, cuma bisa bengong sambil mainin pulpen tanpa memperhatikan
sesi pertanyaan ini. Dengan semangat membara dan dedikasi tinggi, Abang Rambo
berkata mantap “Maaf, belum waktunya”
Gue tertegun ngedenger itu. Di mata gue, widih abang-abangan respect. Setelah mendengar itu, gue
punya niat nyamperin dia, terus berjabat tangan dengannya sambil bilang “Bang, respect bang, lo keren bang. Boleh ke
kantin gak bang?” tapi gue mengurungkan niat itu setelah ngeliat tangannya segede
tangan Godzilla, bisa-bisa tangan gue remuk. Ditambah ini masih pagi, pasti Ibu
Kantin belom masak.
Singkat
cerita MPLS selesai. Kelas MPLS akan diacak untuk membentuk suatu kelas
permanen selama tiga tahun. Gue ada di kelas IPA 8, di saat itulah kawan-kawan,
gue bertemu dengan Joy. Perempuan dari Bekasi sama kaya gue. Maksudnya gue
bukan perempuan dari Bekasi juga, tapi kami berdua pernah tinggal di Bekasi.
Akhirnya kita tukeran LINE, ngobrol, nanyain tugas, gue nyontek tugasnya, abis
itu ngobrol lagi, dan jadi dekat.
Shit, I like her.
Dua
orang Bekasi yang ketemu.
Suatu
hari, gue pengen ngajak dia balik bareng. Dengan kemampuan verbal gue yang
terbatas, simulasi terbaik yang bisa gue pikirkan yaitu ketika dia beres sholat
ashar dan hendak balik ke kelas, gue akan segera bersembunyi di balik pintu.
Tepat ketika dia sudah masuk kelas, gue akan berada di belakangnya, kemudian
merayap seperti buaya agar tidak terdengar suara langkah kaki, lalu HAPPP…
hidungnya akan gue bius dengan kaos kaki gue. Gak akan mati, hanya koma ringan.
Setelah itu gue bawa ke motor gue, tunggu sampai dia bangun, baru deh pulang.
Setelah
rencana maha dahsyat itu telah dipikirkan mateng-mateng, tapi lah kok, baru
beres sholat ashar, gue liat kanan-liat kiri, dia udah gak ada di kelas.
Jangan-jangan dia udah pulang duluan, jangan-jangan dia diculik, atau
jangan-jangan dia dianter orang lain. Gue langsung buru-buru ke parkiran.
Sepatu gue belom terpasang dengan benar, gue gak tau kaos kaki yang gue pake
itu yang kanan dan kiri ketuker apa enggak. Tanpa menghiraukan hal itu, gue
sampai di parkiran.
Ternyata
eh ternyata, bener dugaan gue. Dia pulang dengan orang lain. Tapi sebentar, lo
pasti udah tau kan siapa kampret yang nganterin si Joy pulang? Bukan Pak Budi
si kepala sekolah, bukan Mang Wahyu si tukang cuanki. Bener kawan, kalian
benar, dia pulang bareng Abang Rambo. Setelah kejadian itu, Joy cerita kalau
dia juga pernah dikasih bunga mawar palsu dari Abang Rambo. Biar gak layu dan
bisa disimpen terus, katanya. Hilih.
Gue
kembali mengingat hari itu, hari MPLS, hari dimana terjadi sesi pertanyaan. Dia
bilang “belum waktunya” gue pikir si
Abang Rambo akan mendapatkan waktunya setelah selesai SMA atau ketika dia masuk
akademi militer. Apa waktu itu yang dia bilang cuma jadi omong kosong doang?
Wkwk. Gue gak paham. Kenapa harus dia coba yang jadi saingan gue? Secara fisik
jelas gue kalah. Sekali sentil di kepala, mungkin kepala gue langsung kopong.
Sekali gue menatap matanya, mungkin gue akan gemeteran dan gak lama koma empat
minggu.
Bunga
menjadi salah satu pilihan kado untuk seseorang. Entah itu pacar, orang yang
lagi wisuda, dan bukan orang yang lagi sembelit. Tapi kali ini, setidaknya di
pengalaman gue. Bunga juga bisa menjadi pilihan untuk PDKT sama seseorang.
Sekaligus, di saat yang bersamaan, bunga juga bisa menjadi pilihan untuk
menjatuhkan harapan orang lain.
Komentar