TEMANNYA TEMAN

 


August, 3 2022

Saat ini lo lagi kencan pertama dengan seorang perempuan yang selama ini lo idam-idamkan. Lo memakai kaus terbaik yang lo punya ditambah dengan outer kemeja flannel kotak-kotak favorit lo, terus sepatu sneakers hasil nabung selama 6 bulan, lalu parfum yang membuat lo percaya diri. Oh iya, lo lupa belom pakai celana, lo memakai celana chino, tapi maksud gue itu lo menjadi diri sendiri apa adanya, tidak berusaha menjadi orang lain bahkan tujuan lo disini adalah menunjukan siapa diri lo.

Kemudian lo memilih film horror di bioskop sebagai operasi modus ketika adegan jumpscare berharap lo akan dapat pelukannya. Sayangnya, filmnya tidak begitu seram tapi yang lebih menyebalkan adalah suara bocah-bocah SMP yang asik mengobrol ketika film sedang berlangsung.

Lalu, kalian memutuskan untuk pergi ke sebuah café hits di sana. Dia memesan segelas red velvet dan lo masih bingung apa yang harus lo pesan. Nama-nama minuman dalam menu terlihat asing bagi lo, karena selama ini lo cuma minum air putih sama keringet. Setelah sekian menit memainkan jari di buku menu, akhirnya lo memilih segelas lychee iced tea. Lo menghela nafas, tampaknya dia yang duduk di depan lo sedang sibuk dengan handphonenya. Untuk mencairkan suasana, lo membahas film tadi, kalian sama-sama sepakat kalau filmnya tidak terlalu buruk hanya ada beberapa kejanggalan kecil yang tidak kalian pahami sepanjang film. Kalian juga sama-sama sepakat kalau bocah SMP sangat menganggu. Lo bilang kepadanya kalau lo tadinya punya niat untuk menyumpalkan biji pop corn ke masing-masing lobang hidung mereka, tapi lo mengurungkan niat itu karena pasti mereka sulit bernafas nanti. Dia tertawa mendengar itu, sepertinya bercandaan lo berhasil, lalu dalam dada lo muncul lonjakan manis yang tidak berhenti, lo bahagia.

Dia terlihat menikmati red velvetnya sambil mengangguk-angguk apa yang sedang lo ceritakan, disitu lo merasa dihargai. Dia juga membicarakan tentang dirinya, setiap dia update instastory pasti ada saja DM dari cowok-cowok yang menanyakan dia sedang dimana, sama siapa, semalam berbuat apa. Termasuk update-an red velvet nya ini. Dia juga berbicara tentang circle-nya, lo memotong apa yang dia katakan barusan “Sorry, circle apaan?” tanya lo. Kemudian dia menjelaskan kalau circle itu seperti grup atau kelompok yang isinya temen-temen lo semua. ‘Oh, tongkrongan’ pikir lo dalam hati. Dia cerita kalau dia menikmati bisa berteman dengan mereka yang selalu support, setiap ada masalah bisa dicurahkan ke mereka, tidak ada rahasia-rahasiaan. Kemudian lo merasa heran, ini tidak relate dengan lo dan lingkungan lo. Dia mulai berbicara serius tentang circle-nya itu karena ternyata ada hal yang tidak mengenakkan juga baru-baru ini katanya. Mendengar itu lo langsung menyilangkan tangan, memajukan kursi, menatapnya dengan serius. Dia bilang kalau salah satu orang yang tergabung dalam circle itu pernah membicarakan dia dari belakang. Dia terkejut mendengar kabar itu dari temannya yang lain. Orang itu adalah orang yang menyenangkan ketika di depan tapi kenapa begitu busuk ketika dia berbicara tentangnya kepada orang lain di belakang.  Lo memahami apa yang dia rasakan, kemudian lo bilang “jadi di tongkrongan lo ini ada yang di depan suportif tapi di belakang kompetitif?”

Dia mengangguk.

Ada jeda di antara kami, dia mengambil handphonenya lalu terdengar suara ketikkan dari sana. Lo sibuk mengaduk-ngaduk minuman lo. Lo memperhatikan sekitar kalau semakin banyak orang berdatangan dan bisa lo liat juga banyak laki-laki yang lebih ganteng dari lo memandangi terus cewek di depan lo ini. Disitu lo merasa risih sekaligus kesal berniat melempar gorengan ke mukanya tapi lo mengurungkan niat itu karena lagi gak ada tukang gorengan.

Lo mulai melihatnya dengan tatapan malu-malu, ternyata benar yang selama ini lo pikirkan dia memang cantik. Gak heran kalau banyak yang naksir dia. Terus apa yang membuat dia mau lo ajak jalan? Karna penasaran lo memberanikan diri buat nanya itu.

“Eh… uhh… kok lo mau gue ajak jalan?” tanya lo.

Dia meletakkan handphonenya, memainkan sedotan gelasnya, lalu dia menatap lo terus bilang “karna kata orang lo itu pendengar yang baik”

Mendengar apa yang baru dia katakan barusan, kepala lo mulai mengingatkan suatu kalimat kalau ‘kata orang ketika jatuh cinta maka IQ kita akan turun sepuluh poin” dan sepertinya IQ lo turun sepuluh poin.

 Lo menyadari kalau lo emang suka ngobrol sama orang lain. Lo penasaran sama apa isi kepala orang lain. Lo tertarik untuk mendengar keluh kesah orang lain. Lo berterima kasih untuk itu.

Lo percaya kepada dia, jadi lo memutuskan untuk menceritakan satu rahasia yang selama ini lo tutupi. Lo merasa gak adil kalau dia udah cerita hal gak enak tentang dirinya tapi lo gak melakukan hal yang sama. Jadi lo akan bercerita tentang hal itu, hal yang gak enak untuk lo.

“Gue percaya sama lo, tapi lo bisa rahasiain ini kan? gue mau cerita sesuatu" kata lo lirih.

Wajah dia menjadi serius “okee okee kenapa?”

Lo cerita kalo selama ini lo menutup diri dari siapapun. Lo gak pernah cerita tentang siapa diri lo, makanya orang-orang sering nganggep kalo lo itu sombong. Sebenernya lo gak masalah dengan sebutan itu. Lo juga punya perasaan ‘ah ngapain lah, gak ada yang menarik dari gue’. Kemudian temen baik lo atau mungkin temen lo satu-satunya saat itu dia cerita kalau dia diterima universitas top se-Indonesia, disitu lo merasa minder karna lo belom diterima di mana pun. Kemudian temen lo bilang “Yah gak cape apa lo disitu mulu, untung gue udah dapet kampus, kampus keren lagi” Disitu lo ngerasa kalau temen lo itu gak berhak ngomong kek gitu, Lo di situ kan bukan kemauan lo juga, akhirnya satu pukulan berhasil mengenai idung temen lo ini. Kemudian ditambah kondisi keluarga lagi kacau kan ya ges ya, ribut sana sini. Lo cuma bisa diem di kamar. Walaupun lo sendirian disitu, entah kenapa kepala lo nih ngedenger banyak suara-suara gak jelas sampe bikin lo mukul kepala sendiri supaya berhenti, terus ngerasa ketakukan disitu.

Lo menggulung lengan kemeja lo. “Keliatan gak?” tanya lo.

“EH…SERIUSSS… Lo… jangan-jangan…” jawab dia bingung.

“Iyaa” kata gue.

Disitu lo merasa lega karena apa yang selama ini lo takutkan setidaknya bisa berkurang dengan menceritakannya ke orang yang bisa lo percaya. Lo juga berterima kasih ke dia, karena dia orang pertama yang berhasil ngeluarin lo dari persembunyian lo selama ini buat ketemu lagi sama orang.

Waktu semakin sore, gue meminta bill ke pelayan café. Kemudian dia mengeluarkan uang seratus ribu. “Eh gak usah, kan lo udah bayarin gue tiket nonton, ini gue aja yang bayar” kata lo. Kemudian kalian masuk mobil, memainkan playlist spotify terkini, tanpa sadar lo telah tersenyum hari ini.

_

Besoknya, lo lagi duduk di kantin mesen teh botol. Sambil nunggu, lo buka chatting-an lo sama cewe yang berhasil lo ajak jalan kemaren. Lo memandangi itu sambil senyam-senyum najong karena dia bilang “Makasih ya buat hari ini, makasih juga buat sharingnya, kamu cowo hebat.” Kemudian ada satu cewe, mukanya manis, rambutnya diwarnain pirang tergerai rapih, dateng nyamperin. Lo perhatikan lagi ternyata dia ada di tongkrongannya cewe yang kemarin lo ajak jalan ini. Terus dia tiba-tiba duduk di samping lo, kemudian mesen mie bakso. Karna risih sedangkan kursi banyak yang kosong, lo menjauh dengan sedikit bergeser. Tanpa basa-basi dia bilang “Eh mana coba tangan lo, gue pengen liat?” tanya dia. Lo yang kebingungan cuma bisa mangap-mangap engga ngerti dia ini ngomong apaan atau lebih tepatnya dia ngomong sama siapa.

Lo celingak-celinguk merhatiin sekitar, disana gak ada siapa-siapa.

“Hah, gue? tangan apaan?” tanya lo bingung.

Dia bergeser mendekati “Ituu katanya lo ada bekas luka di tangan lo itu?” katanya.

Makin gak ngerti dia ngomong apaan, sementara lo lagi asik minum teh botol. “Dih apaan si, gak jelas lo” kata lo sewot.

Keliatannya dia kesel, baguslah semoga dia pergi. Lo bergeser lagi menjauh dari cewe itu, terus menyibukkan diri sama handphone lo.

“Dia udah cerita semuanya kok di circle kita, lo santai aja kali. Yaelah luka gitu doang… Lo masih mending… Gue ni dulu…” kata dia tiba-tiba nyerocos panjang

"blablabla…"

Lo cuma bisa bengong liatin muka dia yang ngomong kagak jelas, “HAH…”

Serem, ini serem parah anjing.

Dia masih belom berenti bicara.

Kepala lo mendadak berat, bingung ini sebenernya ada apaan si.

Jadi circle tuh begini.

Apakah circle seserem ini?

Ini circle yang dia maksud. Ketika lo ngobrol sama satu orang di depan lo, ternyata itu bukan sama dia doang tapi lo lagi ngobrol sama dia dan teman-teman circlenya dia.

Lo udah percaya ke dia.

Lo udah buka rahasia lo ke dia.

Lo udah gak sembunyi lagi.

Orang-orang ini gak bisa lo percaya.

Bukannya ini rahasia kalian berdua ya.

 Lo udah percaya sama dia.

Cerita hidup lo yang lo tau dan cerita hidup lo yang mereka tau itu dua hal yang sangat berbeda.

Apa yang lo ceritakan tentang diri lo ke dia itu beda ketika dia ceritakan diri lo lewat mulutnya.

Dia dengerin rahasia lo kemarin buat tau tentang hidup lo atau tau tentang hidup lo menurut pandangan dia?

Lo ketakutan.

Lo lari ke kamar lo dan sembunyi (lagi)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEBELUM TIDUR

SERBA - SERBI MENJADI ORANG YANG MEMBOSANKAN

DO PEOPLE THINK ONLY ABOUT LOVE IN THEIR WHOLE LIFE?